NGURI-URI BUDOYO JAWI

Aji-aji, mantra, japamantra apabila diamalkan,
diucapkan dalam batin , dipraktekkan sesuai
dengan persyaratannya akan mengeluarkan daya
yang umumnya disebut daya supranatural, daya
gaib atau magic dari aji-aji atau mantra tersebut.
Aji-aji atau mantra harus dilapalkan istilahnya
matak aji sesuai dengan bunyi aslinya, bahasa
aslinya tidak boleh dirubah, dikurangi, ditambah,
juga tidak boleh diterjemahkan, karena daya
kekuatannya akan ngabar – hilang.
Aji-aji, japamantra itu sudah ratusan tahun ada
ditanah Jawa, ini memang kekayaan non-materi
warisan leluhur Jawa, Nusantara. Ada banyak aji-
aji, japamantra yang dipakai, dimanfaatkan para
pendahulu kita supaya jalan kehidupan berjalan
dengan selamat, tentram, terbebas dari segala
gangguan yang tidak baik maupun yang mau
mencelakakan.
Aji-aji, japamantra biasanya dipunyai oleh
seseorang muda yang mulai menginjak dewasa ,
mereka yang berpikiran dan berhati baik dan
sadar akan panggilan hidupnya untuk selalu
berbuat baik dan benar untuk memayu
hayuning sesama lan buwana. Daya kesaktian
dari aji-aji, mantra, japamantra Jawa, Nusantara
telah lama merasuk jagat kehidupan ditanah ini
dan telah banyak dipetik manfaat dan dayanya
oleh para satria, pendekar dan pejuang negeri ini,
terutama pada masa perang kemerdekaan
melawan penjajah.
Banyak pejuang kita, menjadi manusia terpilih ,
kuat mengamalkan aji, mantra yang sakti
mandraguna. Sesuai dengan situasi disaat itu,
terdapat orang yang memiliki atau lebih tepat
menguasai aji dan mantra yang menjadi sakti,
tahan pukulan, senjata tajam, peluru, punya
pukulan geledek, pukulan maut, mudah
menghindari serangan, selamat dalam perang,
berwibawa, ditakuti musuh, dihormati teman.
Aji-aji, mantra, japamantra yang bermacam-
macam guna dan manfaatnya seperti untuk
pagar diri, tolak bala dan menaklukkan lawan
biasanya dipunyai oleh guru-guru yang
mumpuni dan bijak. Secara umum disebut Aji
Kasekten, ada juga yang menyebut Sipat
Kandel, yang menyebabkan orang punya rasa
percaya diri, berani mengemban tugas dan
kewajiban yang benar dan mulia.
Sekali lagi kegunaannya secara garis besar
adalah :
1. Raga menjadi sakti, tahan terhadap berbagai
serangan seperti pukulan, senjata tajam, peluru ,
tidak mempan pukulan fisik maupun "halus".
Punya pukulan dan gerakan menyerang yang
melemahkan lawan.
2. Jaya-Kawijayan, menyebabkan pemiliknya
selalu berjaya dalam setiap pertempuran dan
selalu memenangkannya dengan cara kesatria.
3. Pangeram-eram, punya kemampuan yang
amat menakjubkan seperti sesuatu hal yang
sepertinya tidak mungkin, tetapi kenyataannya
terjadi.Seperti bisa menghilang, tak mempan
pusaka, anti peluru dlsb.
Cara mendapatkan Aji-aji
Mengingat daya kemampuan dari aji-aji, mantra,
japamantra yang ngebat-ebati, yang luar biasa
hebatnya, maka tak mengherankan bahwa
banyak golongan muda pada masa kuno dan
masa itu yang tengah tumbuh keberaniannya,
berusaha untuk mendapatkan aji
kanuragan.Demikian pula orang-orang yang
dalam pekerjaannya memerlukan aji kanuragan,
seperti mereka yang mengurusi keamanan.
Lalu dari mana aji kanuragan bisa didapatkan?
Sejak dari masa kuno,masa lalu dan mestinya
sampai kini, japamantra beserta ngelmu dan
lakunya bisa didapat dari : 1. Guru 2. Dari tirakat
sendiri.
Dari Guru
Guru biasanya mengajarkan ngelmu yang
dilengkapi dengan laku dan aji, dan mantranya
sekalian.
Istilahnya guru "nurunake", menurunkan artinya
mentransfer ngelmunya, kepandaiannya dalam
satu bidang tertentu kepada siswa yang
dianggapnya mampu. Istilah lainnya : siswa "diisi"
ngelmu kanuragan tertentu oleh guru.
Misalnya, suatu malam sang guru mentransfer aji
kanuragan tahan senjata tajam, dimalam lain
( sesudah siswa belajar lagi dan mampu) guru
memberinya ngelmu lengkap dengan amalannya
yang berupa pukulan geledhek, siapa saja terkena
pukulan ini akan nglumpruk, pingsan.
Jadi siswa akan menyerap ngelmu dan aji
japamantra dari guru secara step by step, tidak
sekaligus.
Dari tirakat sendiri
Ada orang yang menerima atau mendapatkan
suatu ngelmu atau japamantra bukan dari
seorang guru. Namun ini relatif jarang terjadi dan
yang menerima seperti ini biasanya karena orang
tersebut kuat sekali melakukan tirakat dan dengan
bersungguh-sungguh memohon petunjuk dari
Gusti Yang Maha Kuasa.
Dari hasil laku tirakatnya, mesu raga – mampu
sepenuhnya mengendalikan raga dan nafsu, cipta
yang kuat dan terus menerus kepada Gusti, maka
dia bisa mendapatkan ngelmu atau kepandaian
yang sangat dibutuhkannya. Dalam cerita
wayang , seorang satria setelah bertapa beberapa
lama ,mendapatkan pusaka atau kemampuan
supranatural dari Gusti dengan perantaraan
utusannya yaitu dewa. Dari legenda kuno kita
dapatkan cerita, seorang satria yang bertapa
mendapatkan petunjuk bisa berupa wahyu,
sasmita gaib / pemberitahuan gaib atau lewat
utusan Gusti berupa suksma luhur atau dewa.
( Ngelmu atau kepandaian yang dianugerahkan
oleh Gusti itu bisa pula berupa kemampuan untuk
menyembuhkan orang sakit, baik sakit fisik
maupun mental).
Kemampuan Aji Kasekten
Kemampuan aji kasekten terlihat sewaktu
dilafalkan, dipraktekkan. Apakah aji-aji berfungsi
semestinya? Hal itu tergantung dari kemanjuran,
kekuatan daya batin orang yang mengucapkan.
Apakah aji-aji itu sudah benar-benar atut,
merasuk, menurut dan berkiprah sesuai dengan
yang dikehendaki oleh yang mengucapkan ( dan
tentu saja sesuai dengan daya dan tujuan sebuah
aji-aji).
Dua orang yang mempunyai aji-aji yang sama
belum tentu mempunyai hasil yang sama pada
waktu me-matak aji-nya.
Oleh karena itu aji-aji, japamantra harus selalu
diingat, diasah, dilatih. Bukannya harus sering
dipakai bertarung, tetapi tetap ada dibatin, hindari
pantangannya kalau ada dan harus selalu yakin
bila satu saat, kapan saja, dimana saja – yen ana
gawe pari gawe, maka aji-aji itu akan berkarya
sebagaimana mestinya.
Aji-aji yang tak pernah diingat, diasah, lalu
dilupakan akan ngabar- hilang daya kekuatannya,
ini adalah hukum alam.