TATA CARA WETONAN

Setiap anak baru
lahir, orang tuanya membuat bancakan weton
pertama kali biasanya pada saat usia bayi
menginjak hari ke 35 (selapan hari). Bancakan
weton dapat dilaksanakan tepat pada acara
upacara selapanan atau selamatan ulang weton
yang pertama kali. Anak yang sering dibuatkan
bancakan weton secara rutin oleh orangtuanya,
biasanya hidupnya lebih terkendali, lebih
berkualitas atau bermutu, lebih hati-hati, tidak liar
dan ceroboh, dan jarang sekali mengalami sial.
Bahkan seorang anak yang sakit-sakitan, sering
jatuh hingga berdarah-darah, nakal bukan
kepalang, setelah dibuatkan bancakan weton si
anak tidak lagi sakit-sakitan, dan tidak nakal lagi.
Dalam beberapa kasus saya menyaksikan sendiri
seorang anak sakit panas, sudah di bawa periksa
dokter tetap belum ada tanda-tanda sembuh, lalu
setelah dibikinkan bancakan weton hanya selang 2
jam sakit demannya langsung sembuh. Inilah
sekelumit contoh yang sering saya lihat dengan
mata kepala sendiri persoalan di seputar
bancakan weton. Masih banyak lagi yang tak bisa
saya ceritakan di sini.
Mungkin para pembaca yang budiman memiliki
banyak pengalaman spiritual di seputar soal
weton, saya berharap anda berkenan untuk
berbagi kisah di sini agar bermanfaat bagi kita
semua. Baiklah, pada kesempatan ini saya akan
paparkan secara singkat uborampe untuk
membuat bancakan weton.
BAHAN-BAHAN
1. Tujuh macam sayuran : kacang panjang dan
kangkung (harus ada), kubis, kecambah/tauge
yang panjang, wortel, daun kenikir, bayam, dll
bebas memilih yang penting jumlahnya ada 7
macam. Seluruh sayuran direbus sampai masak,
tetapi jangan sampai mlonyoh, atau terlalu
matang. Agar tidak mlonyoh, setelah diangkat
langsung disiram dengan air es atau cukup
disiram air dingin biasa, sehingga sayuran masih
tampak hijau segar tetapi sudah matang.
Maknanya ; 7 macam sayur, tuju atau (Jawa;
pitu), yakni mengandung sinergisme harapan
akan mendapat pitulungan (pertolongan) Tuhan.
Kacang panjang dan kangkung tidak boleh
dipotong-potong, biarkan saja memanjang apa
adanya. Maknanya adalah doa panjang rejeki,
panjang umur, panjang usus (sabar), panjang
akal.
2. Telur ayam (bebas telur ayam apa saja).
Jumlah telur bisa 7, 11, atau 17 butir anda bebas
menentukannya. Telur ayam direbus lalu dikupas
kulitnya.
Maknanya ; jumlah telur 7 (pitu), 11 (sewelas), 17
(pitulas) bermaksud sebagai doa agar
mendapatkan pitulungan (7), atau kawelasan (11),
atau pitulungan dan kawelasan (17).
3. Bumbu urap atau gudangan. Jika yang diberi
bancakan weton masih usia kanak-kanak sampai
usia sewindu (8 tahun) bumbunya tidak pedas.
Usia lebih dari 8 tahun bumbu urap/
gudangannya pedas. Bumbu gudangan
terdiri : kelapa agak muda diparut. Diberi bumbu
masak sbb : bawang putih, bawang merah,
ketumbar, daun salam, laos, daun jeruk purut,
sereh, gula merah dan garam secukupnya. Kalau
bumbu pedas tinggal menambah cabe
secukupnya. Kelapa parut dan bumbu dicampur
lalu dibungkus daun pisang dan dikukus sampai
matang.
Maknanya : bumbu pedas menandakan bahwa
seseorang sudah berada pada rentang kehidupan
yang sesungguhnya. Kehidupan yang penuh
manis, pahit, dan getir. Hal ini melambangkan
falsafah Jawa yang mempunyai pandangan
bahwa pendidikan kedewasaan anak harus
dimulai sejak dini. Pada saat anak usia lewat
sewindu sudah harus belajar tentang kehidupan
yangs sesungguhnya. Karena usia segitu adalah
usia yang paling efektif untuk sosialisasi, agar
kelak menjadi orang yang pinunjul, mumpuni,
perilaku utama, bermartabat dan bermanfaat bagi
sesama manusia, seluruh makhluk, lingkungan
alamnya.
4. Empat macam polo-poloan. Terdiri dari; 1)
polo gumantung (umbi yang tergantung di
pohon misalnya; pepaya), 2) polo kependem
(tertaman dalam tanah) misalnya telo (singkong),
3) polo rambat atau yang merambat misalnya ubi
jalar. 4) kacang-kacangan bisa diwakili dengan
kacang tanah. Semuanya direbus kecuali papaya.
Papaya boleh utuh atau separoh/sepotong saja.
5. Nasi Tumpeng Putih. Beras dimasak (nasi)
untuk membuat tumpeng. Perkirakan mencukupi
untuk minimal 7 porsi. Sukur lebih banyak
misalnya untuk 11 atau 17 porsi. Setelah nasi
tumpeng selesai dibuat dan di doakan, lalu
dimakan bersama sekeluarga dan para tetangga.
Jumlah minimal orang yang makan usahakan 7
orang, semakin banyak semakin baik, misalnya 11
orang, 17 orang. Porsi nasi tumpeng boleh
dibagi-bagikan ke para tetangga anda.
Maknanya, dimakan 7 orang dengan harapan
mendapat pitulungan yang berlipat tujuh. Jika 11
orang, berharap mendapat kawelasan yang
berlipat sebelas. 17 berharap mendapat
pitulungan lan kawelasan berlipat 17. Namun hal
ini hanya sebagai harapan saja, perkara terkabul
atau tidak hal itu menjadi "hak prerogatif" Tuhan.
6. Alat-alat kelengkapan : 1) daun pisang
secukupnya, digunakan sebagai alas tumpeng
(lihat gambar). 2) kalo (saringan santan) harus
yang baru atau belum pernah digunakan. 3)
cobek tanah liat yang baru atau belum pernah
digunakan. Cara menggunakannya lihat dalam
gambar.
7. Makanan jajan pasar. Terdiri dari makanan
tradisional yang ada di pasar. Misalnya makanan
terbuat dari ketan; wajik, jadah, awug, puthu,
lemper dll. Makanan yang terbuat dari beras ;
apem, cucur, mandra. Serta dilengkapi buah-
buahan yang ditemui di pasar seperti salak,
rambutan, manggis, mangga, kedondong,
pisang. Semuanya dibeli secukupnya saja, jangan
terlalu banyak, jangan terlalu sedikit.
Maknanya ; kesehatan, rejeki, keselamatan,
supaya selalu lengket, menyertai kemanapun
pergi, dan dimanapun berada.
8. Kembang setaman (terdiri dari ; mawar
merah, mawar putih, kantil, melati, kenanga).
Maknanya : kembang setaman masing-masing
memiliki arti sendiri-sendiri. Misalnya bunga
mawar ; awar-awar supaya hatinya selalu tawar
dari segala nafsu negatif. Bunga melati, melat-
melat ing ati selalu eling dan waspada. Bunga
kenanga, agar selalu terkenang atau teringat akan
sangkan paraning dumadi. Kanthil supaya tansah
kumanthil, hatinya selalu terikat oleh tali rasa
dengan para leluhur yang menurunkan kita,
kepada orang tua kita, dengan harapan kita selalu
berbakti kepadanya. Kanthil sebagai pepeling agar
supaya kita jangan sampai menjadi anak atau
keturunan yang durhaka kepada orang tua, dan
kepada para leluhurnya, leluhur yang
menurunkan kita dan leluhur perintis bangsa.
9. Uang Logam (koin) Rp.100 atau 500, atau
1000. (Cara menyajikan lihat gambar).
10. Bubur 7 rupa : bahan dasar bubur putih atau
gurih (santan dan garam) dan bubur merah atau
bubur manis (ditambah gula jawa dan garam
secukupnya). Selanjutnya dibuat menjadi 7
macam kombinasi; bubur merah, bubur putih,
bubur merah silang putih, putih silang merah,
bubur putih tumpang merah, merah tumpang
putih, baro-baro (bubur putih ditaruh sisiran gula
merah dan parutan kelapa secukupnya).
Maknanya : bubur merah adalah lambang ibu.
Bubur putih lambang ayah. Lalu terjadi hubungan
silang menyilang, timbal-balik, dan keluarlah
bubur baro-baro sebagai kelahiran seorang anak.
Hal ini menyiratkan ilmu sangkan, asal mula kita.
Menjadi pepeling agar jangan sampai kita
menghianati ortu, menjadi anak yang durhaka
kepada orang tua.
11. Membuat teh tubruk dan kopi tubruk. Di
tambah rujak degan (klamud) menggunakan air
kelapa ditambah gula merah dan garam
secukupnya. Sajikan dalam gelas atau cangkir
tetapi jangan ditutup.
CARA MENYAJIKAN
1. Buatlah "sate" terdiri dari (urutkan dari
bawah); cabe merah (posisi horizontal), bawang
merah, telur rebus utuh dikupas kulitnya (posisi
vertical), dan cabe merah posisi vertical (lihat
dalam gambar). "Sate" ditancapkan di pucuk
tumpeng.
Maknanya ; kehidupan ini penuh dengan pahit,
getir, pedas, manis, gurih. Untuk menuju kepada
Hyang Maha Tunggal banyak sekali rintangannya.
Sate ditancapkan di pucuk tumpeng mengandung
pelajaran bahwa untuk mencapai kemuliaan
hidup di dunia (kemuliaan) dan setelah ajal (surga
atau kamulyan sejati) semua itu tergantung pada
diri kita sendiri. Jika meminjam istilah,
habluminannas merupakan sarat utama dalam
menggapai habluminallah. Hidup adalah
perbuatan nyata. Kita mendapatkan ganjaran
apabila hidup kita bermanfaat untuk sesama
manusia, sesama makhluk Tuhan yang tampak
maupun yang tidak tampak, termasuk binatang
dan lingkungan alamnya.
2. Nasi tumpeng dicetak kerucut besar di bawah
runcing di bagian atas. Tumpeng letakkan tepat di
tengah-tengah kalo.
Maknanya ; nasi tumpeng sebagai wujud doa,
sekaligus keadaan di dunia ini. Segala macam dan
ragam yang ada di dunia ini adalah bersumber
dari Yang Satu. Dilambangkan sebagai tumpeng
berbentuk kerucut di atas. Makna lainnya bahwa
segala macam doa merupakan upaya sinergisme
kepada Tuhan YME. Oleh sebab itu, di bagian
bawah tumpeng bentuknya lebar dan besar,
semakin ke atas semakin kerucut hingga bertemu
dalam satu titik. Satu titik itu menjadi pucuk atau
penyebab dari segala yang ada (causa prima)
melambangkan eksistensi Tuhan sebagai
episentrum dari segala episentrum.
3. Tujuh macam sayur ditata mengelilingi
tumpeng serta bumbu gudangan/urap diletakkan
di antaranya. Makna 7 macam sayur sudah saya
ungkapkan di atas. Sayur di tata mengelilingi
tumpeng. Tumpeng sebagai pusatnya energy
ada di tengah. Energy diisi dengan segala hal
yang positif seperti harmonisasi symbol angka 7
(nyuwun pitulungan).
4. Telur rebus boleh utuh atau dibelah menjadi
dua, ditata mengelilingi nasi tumpeng (lihat
gambar).
Maknanya : telur merupakan asal muasal
terjadinya makhluk hidup. dalam serat
Wedhatama karya Gusti Mangkunegoro ke IV,
telur melambangkan proses meretasnya
kesadaran ragawi (sembah raga) menjadi
kesadaran ruhani (sembah jiwa). Dua kesadaran
itu akan menghantarkan menjadi menusia yang
sejati (sebagai kiasan dari proses menetas
menjadi anak ayam). Dalam cerita pewayangan
telur juga melambangkan proses terjadinya dunia
ini. Kuning telur sebagai perlambang dari cahya
sejati (manik maya), putih telur sebagai rasa
sejati (teja maya). Keduanya ambabar jati
menjadi Kyai Semar. Dengan perlambang telur,
kita diharapkan selalu eling sangkan (ingat asal
muasal), menghargai dan memahami eksistensi
sang Guru Sejati kita yang tidak lain adalah
sukma sejati yang dilimput oleh rasa sejati dan
disinari sang cahya sejati. Inilah unsur Tuhan
yang ada dalam diri kita. Dan yang paling dekat;
adoh tanpa wangenan, cedak tanpa senggolan
(jauh tanpa jarak, dekat tanpa bersentuhan). Lebih
dekat dari urat leher. Inilah salah satu sang
Pamomong yang kita hargai eksistensinya melalui
bancakan weton.
5. Kalo diletakkan di atas cobek (kalo dialasi
dengan cobek).
Maknanya : Cobek merupakan makna dari bumi
(tanah) tempak kita berpijak. Nasi tumpeng dan
segala isinya yang diletakkan dalam kalo jika tidak
dialasi cobek bisa terguling. Hal ini mensyiratkan
makna hendaknya menjalani hidup di dunia ini
ada keseimbangan atau harmonisasi antara
jasmani dan rohani. Antara unsur bumi dan
unsur Tuhan. Antara kebutuhan raga dengan
kebutuhan jiwa, sehingga menjadi manusia sejati
yang meraih kemerdekaan lahir dan kemerdekaan
batin.
6. Daun pisang dihias sedemikian rupa sesuai
selera sebagai alas meletakkan tumpeng dan
sayuran. Daun yang hijau adalah lambang
kesuburan dan pertumbuhan. Maknanya adalah
pengharapan doa negeri kita maupun pribadi kita
selalu diberkati Tuhan sebagai negeri yang subur
makmur, ijo royo-royo, kita menjadi pribadi
yang subur makmur, dapat menciptakan
kesuburan bagi alam sekitar dan kepada sesama
makhluk hidup.
7. Sisa guntingan atau potongan daun
pisang, hendaknya diletakkan di antara cobek
dengan kalo. Jangan lupa letakkan uang logam
bersama sampah sisa potongan daun
pisang. Hal ini bermakna segala macam
"sampah kehidupan", sebel sial, sifat-sifat buruk
ditimbun atau dikendalikan oleh segala macam
perilaku kebaikan sebagaimana tersirat di dalam
seluruh isi kalo. Uang logam merupakan
perlambang dari harta duniawi. Hal ini
mengandung pepeling (peringatan) bahwasanya
harta karun dan segala macam perhiasan duniawi
ibarat sampah tidak akan berharga apa-apa jika
tidak digunakan sebagai sarana laku prihatin. Hal
itu menjadikan harta kita tak ubahnya seperti
sampah yang mengotori kehidupan kita. Maka,
jadilah orang kaya harta yang selalu
prihatin. Manfaatkan harta kita untuk memberi
dan menolong orang lain yang sangat butuh
pertolongan dan bantuan, agar tangan kita lebih
mampu "telungkup", agar jangan sampai kita
menjadi orang-orang fakir yang telapak
tangannya selalu tengadah dan menjadi beban
orang lain.
8. Kembang setaman ditaruh dalam mangkok/
baskom isi air mentah. Jika ingin menambah
dengan dupa ratus / semacam "dupa manten"
bisa dibakar sekalian pada saat merapal doa dan
japa mantra.
Setelah seluruh uborampe bancakan weton
selesai dibuat. Seluruh ubo rampe bancakan
diletakkan di dalam kamar yang sedang dibancaki
weton. Selanjutnya dirapal mantra dan doa,
usahakan yang merapal mantra atau doa seorang
pepunden anda yang masih hidup. Misalnya
orang tua anda, bude, bulik, atau orang yang
anda tuakan/hormati. Adapun doa dan rapalnya
secara singkat dan sederhana sbb :
"Kyai among nyai among, ngaturaken
pisungsung kagem para leluhur ingkang
sami nurunaken jabang bayine…. (diisi nama
anak/orang yang diwetoni) mugi tansah
kersa njangkung lan njampangi lampahipun,
dados lare/tiyang ingkang tansah hambeg
utama, wilujeng rahayu, mulya, sentosa lan
raharja. Wilujeng rahayu kang tinemu,
bondo lan bejo kang teko. Kabeh saka
kersaning Gusti".
(Kyai among nyai among, perkenankan
menghaturkan persembahan untuk para
leluhur yang menurunkan jabang bayi ….
(sebut namanya), semoga selalu
membimbing, mengarahkan setiap
langkahnya, agar menjadi orang yang
berbudi pekerti luhur, selamat dan mulia
dunia akhirat. Selamat selalu didapat,
sukses dan keberuntungan selalu datang.
Semua atas izin Tuhan)
Setelah bancakan dihaturkan, tinggalkan sebentar
sekitar 10-20 menit lalu dihidangkan di ruang
makan atau diedarkan ke para tetangga untuk
dimakan bersama-sama.